Curiga Adhd Gegara Video Viral? Jangan Self Diagnosis, Dapat Begini Efeknya - buyerswindowsmobilegooglemaps

Breaking

Selasa, 06 Juni 2023

Curiga Adhd Gegara Video Viral? Jangan Self Diagnosis, Dapat Begini Efeknya

ilustrasi ADHD
Ilustrasi ADHD (Foto: ilustrasi/thinkstock)

Jakarta -

Pembahasan wacana atau dalam bahasa Indonesia disebut Gangguan Pemusatan Perhatian dan Hiperaktivitas (GPPH) belakangan trend di media sosial. Hal tersebut bermula di saat seorang netizen menghasilkan konten yang membahas soal tanda-tanda ADHD.

Bahasan ADHD tersebut justru memanggil banyak respons. Tak sedikit netizen yang melakukan self diagnosis atau menduga-duga jikalau mereka mungkin mengalami ADHD.

Secara sederhana, ADHD diartikan selaku gangguan yang sanggup menghasilkan pengidapnya susah fokus atau memusatkan pikiran. Orang dengan ADHD akan memamerkan lazimnya memamerkan sikap yang spontan dan hiperaktif.

"Sebenarnya ADHD itu kan ada sebuah diagnosa, dalam arti ada diagnosa yang mesti diberikan. ADHD ataupun gangguan psikologis apapun itu mesti ada investigasi yang dilakukan. Makara kita nggak sanggup main judge, main bilang siapa saja ADHD, punya gangguan tertentu," kata psikolog klinis Kantiana Taslim, MPsi, dari Ohana Space di saat dihubungi oleh detikcom, Selasa (6/6/2023).


Menurut Kantiana, investigasi ADHD tak semudah seseorang melakukan self diagnosis. Untuk menyeleksi seseorang mengidap ADHD atau tidak, mesti membutuhkan diagnosis niscaya dari profesional.

Senada, psikolog klinis Annisa Mega Radyani, MPsi juga mengungkapkan bahwa ada sejumlah rangkaian atau mekanisme yang perlu dilewati untuk mendiagnosis ADHD. Mulai dari investigasi dan pengamatan oleh dokter, riwayat medis, sampai menggunakan alat tes psikologi.

"Jadi dari video kita tidak sanggup menyimpulkan begitu saja," sambungnya.

Annisa juga mewanti-wanti bagi seseorang yang melakukan self diagnosis. Pasalnya, hal ini sanggup berpengaruh pada persepsi penduduk kepada penyakit tersebut. Juga, membahayakan kesehatan seseorang apabila salah dalam mengambil tata cara pengobatan dan mengonsumsi obat yang salah.

"Baik penyakit psikologis ataupun penyakit biasa, self-diagnosed itu berbahaya. Karena nanti kalau self-diagnosed, misalnya saya kayaknya kena sakit jantung nih, terus salah konsumsi obat-obatan. Itu sanggup bahaya, dan ADHD juga begitu. Makara memang lebih baik kalau merasa tanda-tanda pribadi konsultasi dengan dokter," terangnya.

"Nanti sanggup dijadikan excuse. Misal kerjaan nggak selesai-selesai, terus ia ngomongnya saya kan ADHD. Ini nanti malah merubah persepsi orang kepada pengidap ADHD. Itu juga bahaya," tuturnya.



Simak Video "Mengenal ADHD: Gejala sampai Penyebabnya"
[Gambas:Video 20detik]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar