Ghana Dilanda Krisis Nakes, Para Perawat Eksodus Ke Inggris - buyerswindowsmobilegooglemaps

Breaking

Senin, 05 Juni 2023

Ghana Dilanda Krisis Nakes, Para Perawat Eksodus Ke Inggris

Back view of nurse caregiver support walking with elderly woman outdoor
Foto: iStock

Jakarta -

Ribuan perawat seorang luar biasa eksodus dari negara Afrika Barat untuk mendapatkan pekerjaan dengan honor yang lebih baik di luar negeri. Pada 2022, lebih dari 1.200 perawat di Ghana bergabung menjadi pekerja di Inggris.

Perpindahan para perawat itu terjadi alasannya merupakan Layanan Kesehatan Nasional Inggris (NHS) kian bergantung pada staf dari negara-negara non-UE untuk mengisi lowongan.

Kepala keperawatan di Rumah Sakit Daerah Greater Accra, Gifty Aryee, menyampaikan terhadap BBC bahwa Unit Perawatan Intensifnya sudah kehilangan 20 perawat ke Inggris dan AS dalam enam bulan terakhir.

Dia menyertakan bahwa pasien yang sakit parah terkadang mesti dirawat lebih usang di unit gawat darurat alasannya merupakan kelemahan perawat.

"Perawatan terpengaruh alasannya merupakan kami tidak sanggup mendapatkan pasien lagi. Ada penundaan perawatan, menghasilkan janjkematian lebih tinggi," katanya.


Semua Perawat Berpengalaman Pergi

BBC mendapatkan suasana serupa di Rumah Sakit Kota Cape Coast.

Wakil kepala layanan keperawatan rumah sakit, Caroline Agbodza, menyampaikan ia sudah menyaksikan 22 perawat meninggalkan Ghana untuk mencari nafkah ke Inggris pada tahun lalu.

"Semua perawat perawatan kritis kami, perawat terlatih kami, sudah pergi. Kaprikornus kami kesannya tidak punya apa-apa, tidak ada staf terlatih untuk bekerja. Bahkan apabila pemerintah merekrut, kami mesti lewat rasa sakit melatih perawat lagi," kata Agbodza.

Di Klinik Kesehatan Ewim di Cape Coast, seorang perawat sudah meninggalkan unit gawat darurat kecil mereka dan yang yang lain sudah meninggalkan unit rawat jalan. Kedua perawat terlatih dan sudah mendapatkan pekerjaan di Inggris.

Kepala dokter di sana, Dr Justice Arthur, menyampaikan efeknya sungguh besar.

"Mari kita ambil layanan seumpama imunisasi anak. Jika kita kehilangan perawat kesehatan masyarakat, maka bayi yang mesti diimunisasi tidak akan mendapatkan imunisasi dan kita akan memiliki bayi yang meninggal," ujar Dr Arthur.

Dia menyampaikan pasien remaja juga akan meninggal apabila tidak ada cukup perawat untuk merawat mereka sehabis operasi.

Next: WHO Prihatin

Kondisi tersebut juga sudah menjadi kekhawatirkan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). Mereka menyebut negara-negara yang lebih miskin kian kehilangan petugas kesehatan alasannya merupakan yang lebih kaya berupaya untuk menopang kehilangan staf mereka sendiri akhir pandemi COVID-19.

Kecenderungan perawat dan staf lain untuk meninggalkan negara mereka demi kesempatan yang lebih baik di negara-negara kaya di Timur Tengah atau Eropa sudah berjalan sebelum pandemi tetapi sudah meningkat sejak itu.

"Petugas kesehatan merupakan tulang punggung dari setiap metode kesehatan, tetapi 55 negara dengan beberapa metode kesehatan paling ringkih di dunia tidak punya cukup nakes dan banyak yang kehilangan petugas kesehatan mereka alasannya merupakan migrasi internasional," kata Tedros Adhanom Ghebreyesus, administrator jenderal WHO dikutip dari Reuters.

Dari 55 negara yang dimaksud Tedros, tergolong di dalamnya negara-negara 'rentan' model WHO seumpama Komoro, Rwanda, Zambia, Zimbabwe, Timor Leste, Laos, Tuvalu, dan Vanuatu.



Simak Video "Perawat di Belanda Akui Bunuh 20 Pasien Covid-19, Ini Alasannya"
[Gambas:Video 20detik]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar